17 Januari 2012
Oe..! Oe...! Oe...!
Suara tangisan bayi terdengar sangat lantang
dari ruang bersalin rumah sakit milik dr. Masyita di Jalan Buakana, Makassar.
Alhamdulillah bayi mungil berjenis kelamin perempuan telah lahir dengan berat
sekitar 3 kilo gram dari rahim seorang perempuan muda berdarah Enrekang, Rusmiyani.
Rusmiyani sudah seperti kakak buatku. Belakangan ini, ia mengabdikan diri di
Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan, yang juga instansi pemerintah tempat
ayahnya mencari nafkah sebagai PNS. Hhmmm.. sementara kita keep dulu ya pembahasan soal kak Umi, sapaan akrabku ke Rusmiyani.
Mari kita fokus pada bayi, yang merupakan cucu
perempuan ke-empat dalam keluarga besar H. Abdul Latief Sanusi, Opaku.
Proses kelahiran bayi yang akhirnya disepakati
diberi nama Alifa Naila Sahra sungguh sangat dramatis. Perjuangan Naila untuk
hidup di dunia fana ini diwarnai tragedi terlilit tali pusat atau bahasa
kedokterannya plasenta saat di pintu rahim. “Dokter bayinya tercekik,” teriak
salah seorang perawat yang turut membantu proses persalilan. Sontak saya pun
panik mendengar suara gaduh yang samar-samar terdengar dari bilik berukuran 6
meter persegi. Menjawab rasa penasaranku, saya berusaha mencari celah untuk
bisa mengintip ke dalam ruangan berpintu kaca itu. Setelah memanjat beberapa
anak tangga, akhirnya saya menemukan celah untuk mengintip dari balik kaca yang
tirainya sedikit tersingkap. Ternyata reaksiku berlebihan, tidak sedikit pun
ada kepanikan di dalam sana, dokter dan para perawat tampak sangat tenang. Singkat saja, mereka berhasil menyelamatkan Naila dari renggutan
maut.
Lantas, apa yang menyebabkan seorang bayi bisa terlilit
tali pusat? Dan, resiko apa yang mengancam jika bayi lahir dalam kondisi
terlilit plasenta? Berdasarkan penjelasan dari sudut pandang kedokteran, sebelum
usia kehamilan menginjak 8 bulan, posisi kepala janin umumnya belum berada di
bagian atas panggul. Ukuran bayi pun relatif kecil dengan jumlah air ketuban
yang banyak, sehingga besar kemungkinan bayi terlilit tali pusat. Ukuran plasenta
yang panjang yakni lebih dari 100 centimeter, juga memungkinkan bayi terlilit
tali pusat.
Soal resiko, memang selalu ada. Sebagian dokter
berpendapat, terlilit tali pusat bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan, namun
harus tetap diwaspadai. Pasalnya, puntiran tali pusat yang berulang-ulang bisa
menyebabkan arus darah dari ibu ke janin bisa tersumbat total. Lilitan yang
terlalu erat juga sangat berbahaya, karena kompresi atau penekanan tali pusat
akan membuat janin kekurangan oksigen.
Bayi terlilit tali pusat, ternyata ada mitosnya
juga loh.. Masyarakat jaman dulu percaya, bayi yang lahir dengan tali pusat
terlilit, kelak akan pantas mengenakan pakaian apa saja. Anda boleh percaya,
boleh juga tidak. Namanya juga mitos.
Apa kabar Naila??
Sejak keluar dari rumah sakit, Naila tinggal bersama
kakek neneknya di Jalan Jipang Raya No. 1, Kelurahan Karunrung, Kecamatan
Rappocini, Makassar. Di rumah milik pasangan H. Abdul Latief Sanusi dan Dewi Raechan
ini dihuni banyak orang, termasuk saya. Di rumah, Naila adalah penghuni paling
kecil. Kehadirannya membawa keceriaan dan kebahagiaan di keluarga ini, layaknya
pengantin baru yang sudah bertahun-tahun menanti momongan. Naila bagaikan
mainan yang kami perebutkan di rumah, saya pun tidak pernah merasa puas jika
hanya menggendongnya beberapa menit. Tetapi ‘tak apalah karena yang lain sudah
menunggu giliran. Naila terus tumbuh menjadi anak yang pintar dan kuat, kuat
karena begitu banyak kehilangan yang harus ia hadapi diusianya yang masih
sangat dini. Kehilangan paling pahit yang harus Naila rasakan adalah saat di
mana ibunya meninggal dunia tepat di hari ulang tahunnya yang ke-2, Jum’at 17
Januari 2014. Rusmiyani, ibu yang mengandung Naila menghembuskan nafas terakhirnya
di ruang ICU RS Grestelina. Sejak saat itu, semua orang di rumah menjadi ibu
buat Naila.
Belum lagi Naila paham soal arti kematian, ia
pun kembali kehilangan sosok yang sangat dekat dengannya. 7 Februari 2015, tepat
sepekan setelah Naila diopname di RS Bahagia karena demam tinggi, Limbong,
kakeknya yang tidak lain adalah ayah ibunya juga meregang nyawa akibat serangan
jantung. Maut memang mutlak menjadi rahasia Allah SWT, 26 Mei 2015 takdir
kembali mempertemukan Naila dengan kematian. Opaku, H. Abdul Latief Sanusi yang
juga kakek Naila harus kembali kepangkuan sang khalik juga karena serangan jantung.
17 Januari 2016, hari ini usia Naila tepat 4 tahun.
Tidak ada perayaan meriah layaknya momen pertambahan usia pada umumnya.
Mengingat hari ini juga bertepatan dengan kepergian ibunya 2 tahun silam akibat maag akut. Diusianya
sekarang, Naila memiliki bobot 28 kilo gram, jauh di atas berat normal anak
seusianya dengan tinggi melewati pinggang orang dewasa. Neinei, begitu saya
selalu memanggilnya juga jadi peniru yang sangat baik. “Naila, kalau duduk yang
sopan. Kakinya tidak boleh dinaikkan ke meja,” tegur kak Riri, tante yang kini
jadi ibunya Naila. “Ih, tidak apa-apa Mama, itu kakak Dede juga kasi naik
kakinya di meja,” timpal Naila dengan polosnya sambil menunjuk ke arahku. Mendadak
saya merasa jadi tersangka utama, saya berusaha menenangkan diri. Namun, tidak
kutemukan kalimat yang pas untuk membela diri. Saya hanya bisa pasrah dan
mengaku salah. Sejak peristiwa memalukan itu, saya dan orang-orang di rumah
makin ekstra berhati-hati dalam bersikap dan berucap.
Naila, semoga Allah terus menjagamu dalam
pelukanNYA. Semoga pertambahan usiamu senantiasa berlimpah berkahNYA. Sehat selalu
dan teruslah jadi obat bagi penatku saat lelah mulai menggerogoti raga ini. Really miss you Naila.
#NulisBlog2016 #SobatLemINA
#NulisBlog2016 #SobatLemINA
Selamat ulangtahun buat Neinei, semoga makin ausom kayak tante-tantenya :)
BalasHapusAwalnya saat baca paragraf 1, saya kiranya Ibu Rusmiyani masih aktif bekerja, karena ada kalimat "belakangan ini, Ia mengabdikan diri..."
di paragraf selanjutnya, ada kalimat "...diwarnai tragedi terlilit tali pusat atau bahasa kedokterannya plasenta saat di pintu rahim." Lagi-lagi saya kira yang mau dijelaskan dengan bahasa kedokteran adalah peristiwa terlilit tali pusat, ternyata...
Ituji kak yang mau kubilang.