Sabtu, 23 Januari 2016

ANS



17 Januari 2012
Oe..! Oe...! Oe...!
Suara tangisan bayi terdengar sangat lantang dari ruang bersalin rumah sakit milik dr. Masyita di Jalan Buakana, Makassar. Alhamdulillah bayi mungil berjenis kelamin perempuan telah lahir dengan berat sekitar 3 kilo gram dari rahim seorang perempuan muda berdarah Enrekang, Rusmiyani. Rusmiyani sudah seperti kakak buatku. Belakangan ini, ia mengabdikan diri di Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan, yang juga instansi pemerintah tempat ayahnya mencari nafkah sebagai PNS. Hhmmm.. sementara kita keep dulu ya pembahasan soal kak Umi, sapaan akrabku ke Rusmiyani.

Mari kita fokus pada bayi, yang merupakan cucu perempuan ke-empat dalam keluarga besar H. Abdul Latief Sanusi, Opaku. 
Proses kelahiran bayi yang akhirnya disepakati diberi nama Alifa Naila Sahra sungguh sangat dramatis. Perjuangan Naila untuk hidup di dunia fana ini diwarnai tragedi terlilit tali pusat atau bahasa kedokterannya plasenta saat di pintu rahim. “Dokter bayinya tercekik,” teriak salah seorang perawat yang turut membantu proses persalilan. Sontak saya pun panik mendengar suara gaduh yang samar-samar terdengar dari bilik berukuran 6 meter persegi. Menjawab rasa penasaranku, saya berusaha mencari celah untuk bisa mengintip ke dalam ruangan berpintu kaca itu. Setelah memanjat beberapa anak tangga, akhirnya saya menemukan celah untuk mengintip dari balik kaca yang tirainya sedikit tersingkap. Ternyata reaksiku berlebihan, tidak sedikit pun ada kepanikan di dalam sana, dokter dan para perawat tampak sangat tenang. Singkat saja, mereka berhasil menyelamatkan Naila dari renggutan maut.
 
Lantas, apa yang menyebabkan seorang bayi bisa terlilit tali pusat? Dan, resiko apa yang mengancam jika bayi lahir dalam kondisi terlilit plasenta? Berdasarkan penjelasan dari sudut pandang kedokteran, sebelum usia kehamilan menginjak 8 bulan, posisi kepala janin umumnya belum berada di bagian atas panggul. Ukuran bayi pun relatif kecil dengan jumlah air ketuban yang banyak, sehingga besar kemungkinan bayi terlilit tali pusat. Ukuran plasenta yang panjang yakni lebih dari 100 centimeter, juga memungkinkan bayi terlilit tali pusat. 

Soal resiko, memang selalu ada. Sebagian dokter berpendapat, terlilit tali pusat bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan, namun harus tetap diwaspadai. Pasalnya, puntiran tali pusat yang berulang-ulang bisa menyebabkan arus darah dari ibu ke janin bisa tersumbat total. Lilitan yang terlalu erat juga sangat berbahaya, karena kompresi atau penekanan tali pusat akan membuat janin kekurangan oksigen.

Bayi terlilit tali pusat, ternyata ada mitosnya juga loh.. Masyarakat jaman dulu percaya, bayi yang lahir dengan tali pusat terlilit, kelak akan pantas mengenakan pakaian apa saja. Anda boleh percaya, boleh juga tidak. Namanya juga mitos.

Apa kabar Naila??

Sejak keluar dari rumah sakit, Naila tinggal bersama kakek neneknya di Jalan Jipang Raya No. 1, Kelurahan Karunrung, Kecamatan Rappocini, Makassar. Di rumah milik pasangan H. Abdul Latief Sanusi dan Dewi Raechan ini dihuni banyak orang, termasuk saya. Di rumah, Naila adalah penghuni paling kecil. Kehadirannya membawa keceriaan dan kebahagiaan di keluarga ini, layaknya pengantin baru yang sudah bertahun-tahun menanti momongan. Naila bagaikan mainan yang kami perebutkan di rumah, saya pun tidak pernah merasa puas jika hanya menggendongnya beberapa menit. Tetapi ‘tak apalah karena yang lain sudah menunggu giliran. Naila terus tumbuh menjadi anak yang pintar dan kuat, kuat karena begitu banyak kehilangan yang harus ia hadapi diusianya yang masih sangat dini. Kehilangan paling pahit yang harus Naila rasakan adalah saat di mana ibunya meninggal dunia tepat di hari ulang tahunnya yang ke-2, Jum’at 17 Januari 2014. Rusmiyani, ibu yang mengandung Naila menghembuskan nafas terakhirnya di ruang ICU RS Grestelina. Sejak saat itu, semua orang di rumah menjadi ibu buat Naila. 

Belum lagi Naila paham soal arti kematian, ia pun kembali kehilangan sosok yang sangat dekat dengannya. 7 Februari 2015, tepat sepekan setelah Naila diopname di RS Bahagia karena demam tinggi, Limbong, kakeknya yang tidak lain adalah ayah ibunya juga meregang nyawa akibat serangan jantung. Maut memang mutlak menjadi rahasia Allah SWT, 26 Mei 2015 takdir kembali mempertemukan Naila dengan kematian. Opaku, H. Abdul Latief Sanusi yang juga kakek Naila harus kembali kepangkuan sang khalik juga karena serangan jantung. 

17 Januari 2016, hari ini usia Naila tepat 4 tahun. Tidak ada perayaan meriah layaknya momen pertambahan usia pada umumnya. Mengingat hari ini juga bertepatan dengan kepergian ibunya 2 tahun silam akibat maag akut. Diusianya sekarang, Naila memiliki bobot 28 kilo gram, jauh di atas berat normal anak seusianya dengan tinggi melewati pinggang orang dewasa. Neinei, begitu saya selalu memanggilnya juga jadi peniru yang sangat baik. “Naila, kalau duduk yang sopan. Kakinya tidak boleh dinaikkan ke meja,” tegur kak Riri, tante yang kini jadi ibunya Naila. “Ih, tidak apa-apa Mama, itu kakak Dede juga kasi naik kakinya di meja,” timpal Naila dengan polosnya sambil menunjuk ke arahku. Mendadak saya merasa jadi tersangka utama, saya berusaha menenangkan diri. Namun, tidak kutemukan kalimat yang pas untuk membela diri. Saya hanya bisa pasrah dan mengaku salah. Sejak peristiwa memalukan itu, saya dan orang-orang di rumah makin ekstra berhati-hati dalam bersikap dan berucap. 

Naila, semoga Allah terus menjagamu dalam pelukanNYA. Semoga pertambahan usiamu senantiasa berlimpah berkahNYA. Sehat selalu dan teruslah jadi obat bagi penatku saat lelah mulai menggerogoti raga ini. Really miss you Naila.


#NulisBlog2016 #SobatLemINA




1 komentar:

  1. Selamat ulangtahun buat Neinei, semoga makin ausom kayak tante-tantenya :)


    Awalnya saat baca paragraf 1, saya kiranya Ibu Rusmiyani masih aktif bekerja, karena ada kalimat "belakangan ini, Ia mengabdikan diri..."
    di paragraf selanjutnya, ada kalimat "...diwarnai tragedi terlilit tali pusat atau bahasa kedokterannya plasenta saat di pintu rahim." Lagi-lagi saya kira yang mau dijelaskan dengan bahasa kedokteran adalah peristiwa terlilit tali pusat, ternyata...

    Ituji kak yang mau kubilang.

    BalasHapus