Senin, 08 Februari 2016

Menjajal Keindahan Kota Para Daeng



Makassar, merupakan kota metropolitan yang berada di pulau Sulawesi, atau lebih tepatnya di provinsi Sulawesi Selatan. Makassar yang sejak abad ke-16 dikenal sebagai Bandar Niaga, terus mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Terutama di sektor ekonomi, yakni mencapai 9,31 %, dengan jumlah pendapatan per kapita 27,42 juta rupiah (2010).



Berdasarkan letak geografisnya, Makassar berada dititik koordinat 119°24’17,38” Bujur Timur dan 5°8’6,19” Lintang Selatan, atau berada pada pantai barat Pulau Sulawesi (Selat Makassar). Makassar yang pada tahun 1971 sempat mengganti nama menjadi Ujung Pandang, memiliki luas wilayah 17.577 Ha atau 175,77 km², dengan jumlah penduduk 1.339.374 jiwa (hasil sensus 2010). Tahun 2011, warga Makassar sudah mencapai 1.352.136 jiwa, yang terdiri dari 667.681 laki-laki, dan 684.455 perempuan.

dokumen pribadi
Disebelah utara, Makassar berbatasan dengan Kabupaten Maros. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Gowa. Sebelah selatan, ada Kabupaten Gowa dan Takalar. Sementara, disebelah barat, ada Selat Makassar. Secara administrasi pemerintahan, Makassar yang dipimpin oleh seorang Walikota,  terbagi dalam 14 wilayah kecamatan, 143 kelurahan, 980 RW, dan 4.867 RT. Di bawah kepemimpinan Walikota, DR. H. Ilham Arief Sirajuddin, perwajahan Makassar mengalami banyak perubahan. Makassar terus bersolek, dan kian dilirik dunia. Beberapa mega proyek Ilham, diantaranya Revitalisasi Karebosi, Revitalisasi Pantai Losari, Masjid Terapung, dan Pembangunan Monumen Bawah Langit di jalan Metro Tanjung Bunga. Semua proyek tersebut cukup sukses mendongkrak kunjungan wisatawan, dan menambah pundi-pundi Pendapatan Asli Daerah (PAD), meski dalam pengerjaannya diwarnai banyak kontroversi. Seiring perkembangan, Makassar pun kini menjadi kota tujuan MICE yakni Meeting, Incentives, Convention and Exhibition sebagai roda penggerak pariwisata di Kota Para Daeng ini. 

dokumen pribadi
Makassar sekarang memang jauh lebih indah. Mungkin Anda pun akan sependapat dengan saya jika Anda meluangkan sedikit waktu menikmati kota ini bukan dari layar televisi saja. Salah satu momen terlaris bagi para pelancong yang berkunjung ke Makassar adalah saat di mana matahari mulai terbenam atau lebih akrab kita sebut sunset. Keindahan senja penuh warna di Losari selalu bisa memanjakan mata siapa pun. Bukan sekedar sajian senja, Anda yang datang bersama keluarga juga bisa bersantai sambil menikmati beragam penganan khas Kota Makassar, terutama pisang epe’. Pisang epe’ berbahan dasar pisang kepok matang yang dibakar dan dipipihkan, lalu disirami gula merah yang telah dimasak. Pisang epe’ kekinian pun telah berinovasi dengan varian rasa yang tentunya masih akrab di lidah masyarakat Indonesia maupun warga mancanegara, seperti pisang epe’ rasa keju, durian, dan coklat. Harganya pun tidak akan merobek kocek Anda, mulai dari Rp. 10.000,- hingga Rp. 15.000,- per porsi. “Pisang epe’nya sangat enak, dan ini cuma ada di Makassar. Kurang lengkap rasanya kalau ke Makassar tidak makan pisang epe’,” begitulah pengakuan Ardi, salah seorang pengunjung di Losari sore itu (07/02). 

dokumen pribadi
Angin sepoi-sepoi di Pantai Losari terus saja berhembus. Pelataran Losari yang kini telah disulap bak ruang tamu keluarga setiap sore sesak oleh ratusan manusia. Anak kecil berlarian kesana sini sambil menerbangkan pesawat mainan yang dibelinya dari salah satu pedagang asongan di anjungan Losari. Ya, hingga saat ini masih bisa kita lihat puluhan hingga ratusan pedagang kaki lima yang menaruh peruntungan mereka di seputaran Losari. Padahal Pemerintah Kota Makassar yang terus berganti nahkoda kerap kali “membersihkan” PKL dari pelataran anjungan Pantai Losari. Bahkan tidak jarang terjadi adu fisik antara pedagang dan Satpol PP. Seperti yang terjadi pada tahun 2015 lalu, lebih dari satu kali peristiwa bentrokan yang menyebabkan korban luka saat aparat Satpol PP melakukan penertiban PKL di Pantai Losari. Sebagai bentuk protes kepada pemerintah, ratusan pedagang juga sempat menduduki gedung DPRD Kota Makassar di Jl. AP. Pettarani tepatnya pada September 2015 silam.


dokumen pribadi
Sepaham dengan para pendahulunya, Walikota Makassar, Muhammad Ramdhan Pomanto tahun 2016 ini siap memoles Pantai Losari dengan kedok penataan pedagang kaki lima. “Nantinya para pedagang akan dikumpulkan dalam satu bangunan yang Pemerintah siapkan di sekitar pelataran selatan Masjid Terapung. Semua pedagang yang Pemerintah akomodir boleh menjajakan dagangannya selama 24 jam,” jelas Danny, sapaan akrab Walikota, Muhammad Ramdhan Pomanto. “Kita tidak lagi meizinkan pedagang kaki lima berkeliaran di Losari selain titik yang sudah ditentukan,” tegas Danny di ruang kerjanya, Selasa (29/12/2015). Eksistensi pedagang kaki lima sudah seperti pemanis bagi perwajahan Losari. Semoga ada solusi terbaik yang tidak merugikan salah satu pihak.

Membahas keindahan Pantai Losari, memang tidak ada ujungnya. Selain pelataran Pantai Losari, kini telah dibangun pelataran Bugis-Makassar, dan Toraja-Mandar yang kerap menjadi spot untuk berfoto atau sekedar duduk-duduk menanti pergantian hari. Monumen Bawah Langit yang berada di sebelah kanan Masjid Terapung, juga bisa membantu Anda melintasi sejarah terkait tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan seperti Sultan Hanuddin dan Pangeran Diponegoro. 

dokumen pribadi
Anda tahu becak? Ya, kendaraan roda tiga yang dikayuh secara manual juga diabadikan dalam bentuk tugu di salah satu sudut Losari sebagai alat transportasi tradisional Makassar. Selain itu, juga terdapat tugu tarian tradisional Kota Daeng, Peppe Pepeka Ri Makka dan tari Paraga, serta tugu kembar Adipura sebagai wujud penghargaan Pemerintah Indonesia kepada Kota Makassar atas keberhasilannya dalam hal kebersihan dan pengelolaan lingkungan. Penasaaran ada keindahan apa lagi di Kota Anging Mammiri? Ayo ke Makassar!





#NulisBlogSobat2016 #Reportase