Jumat, 11 Maret 2016

Review “Rumah Baca Suprau”



Menulis, bagi saya bukan hal yang mudah. Bukan karena menulis itu sulit, melainkan karena saya tidak terbiasa melakukannya. Tetapi, saya akan terus mencoba membiasakan diri untuk menulis. Akan kupaksa otak ini berimajinasi, dan kulatih jari-jari ini bergerak merangkai satu demi satu kata hingga menjadi sebuat tulisan yang layak dibaca. Nah, kali ini saya akan melakukan review terhadap sebuah tulisan bertema Rumah Kaca Suprau yang dipublish oleh Winarsi Apriastuti Aswan, melalui situs blognya di www.aswanwiwi.com
 
Di dalam tulisannya, Winarsi Apriastuti Aswan menjelaskan sebuah skenario indah yang Allah buat untuk orang-orang positif yang selalu pantas untuk disyukuri. Winarsi meyakinkan kepada setiap pembacanya bahwa apa yang setiap orang jalani saat ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebuah ketetapan Allah yang sepatutnya bisa dijalani dengan bijak. Sekaligus, mengajak pembaca untuk terus mengintrospeksi diri tentang kebaikan apa yang telah dilakukan hari ini. Tentu, hal itu dimulai dari diri penulis, yang sangat jelas diungkapkan dalam penggalan tulisannya “Kebaikan apa yang sudah saya lakukan hari ini? Sudahkah saya membuat paling tidak satu orang yang saya jumpai hari ini tersenyum? Atau hari yang saya lalui justru berakhir dengan kesia-siaan?”

Sebenarnya, tulisan ini lebih bercerita tentang pengalaman penulis bertemu dengan orang-orang hebat di Kota Sorong, Papua yang telah mendedikasikan diri sebagai volunteer Buku Untuk Papua. Juga tentang anak-anak Papua yang memiliki semangat belajar luar biasa di tengah keterbatasan sarana belajar yang ada. Cara penulis menyampaikan kisah singkatnya di Rumah Baca Suprau begitu mengalir. Sehingga pembaca pun bisa ikut measakan kebahagiaan yang penulis rasakan. 

Sayangnya, penulis begitu asyik dengan ceritanya bersama anak binaan Rumah Baca Suprau bernama Dewi, sehingga penulis melupakan beberapa informasi penting yang sangat dibutuhkan pembaca. Hal utama yang dilalaikan penulis adalah data. Melihat judul besar tulisan Winarsi, saya sebagai pembaca tentu akan bertanya “di mana Rumah Baca Suprau itu?” Sementara di dalam tulisannya, penulis hanya menyebutkan lokasi secara umum, yakni di Suprau, Papua. Mungkin bisa ditambahkan informasi yang lebih detail, misal berapa jarak dari Kota Sorong ke Suprau, termasuk jenis transportasi apa saja yang bisa digunakan  untuk tiba di lokasi. Informasi tentang siapa saja para volunteer BUP dan data jumlah anak binaan BUP juga kurang.

Penulis memang menambahkan foto, tetapi gambar yang dilampirkan tidak cukup kuat untuk mendeskripsikan tentang kondisi Rumah Baca Suprau. Sebaiknya penulis bisa secara khusus menjelaskan tentang keberadaan Rumah Baca Suprau, sebelum lebih jauh menceritakan pengalaman pribadinya di RBS.

Penulis juga kurang memaparkan tentang kontribusi apa yang diharapkan dari pembaca melalui tulisannya ini. Meski gaya penulisannya sudah cukup baik, tulisan ini akan berakhir sebagai catatan pribadi penulis saja. Mengenai identitas penulis, sudah tepat karena dicantumkan dengan jelas di bagian atas blog. Sehingga siapa pun yang membacanya, bisa langsung mengetahui penulisnya. 

Berdasarkan pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), penulis sudah sangat teliti dalam penggunaan huruf kapital, huruf miring, kata depan, penempatan partikel serta bebas dari kesalah ketik alias typo.

Secara keseluruhan, tulisan singkat terkait pengalaman penulis ke Rumah Baca Suprau sangat menarik dari cara penyajiannya. Dan, terlepas dari beberapa kekurangan yang saya paparkan di atas, penulis berhasil membuat penasaran setiap pembacanya untuk mencari tahu lebih banyak tentang Rumah Baca Suprau. Terima kasih :)




#NulisBlogSobat