Makassar,
merupakan kota metropolitan yang berada di pulau Sulawesi, atau lebih tepatnya
di provinsi Sulawesi Selatan. Makassar yang sejak abad ke-16 dikenal sebagai
Bandar Niaga, terus mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Terutama di sektor
ekonomi, yakni mencapai 9,31 %, dengan jumlah pendapatan per kapita 27,42 juta
rupiah (2010).
Berdasarkan
letak geografisnya, Makassar berada dititik koordinat 119°24’17,38” Bujur Timur dan 5°8’6,19” Lintang Selatan, atau berada pada
pantai barat Pulau Sulawesi (Selat Makassar). Makassar yang pada tahun 1971
sempat mengganti nama menjadi Ujung
Pandang, memiliki luas wilayah 17.577 Ha atau 175,77 km², dengan jumlah
penduduk 1.339.374 jiwa (hasil sensus 2010). Tahun 2011, warga Makassar sudah
mencapai 1.352.136 jiwa, yang terdiri dari 667.681 laki-laki, dan 684.455
perempuan.
|
dokumen pribadi |
Disebelah utara, Makassar berbatasan dengan
Kabupaten Maros. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Gowa.
Sebelah selatan, ada Kabupaten Gowa dan Takalar. Sementara, disebelah barat,
ada Selat Makassar. Secara administrasi pemerintahan, Makassar yang dipimpin
oleh seorang Walikota, terbagi dalam 14 wilayah kecamatan, 143 kelurahan,
980 RW, dan 4.867 RT. Di bawah kepemimpinan Walikota, DR. H. Ilham Arief Sirajuddin, perwajahan
Makassar mengalami banyak perubahan. Makassar terus bersolek, dan kian dilirik
dunia. Beberapa mega proyek Ilham, diantaranya Revitalisasi Karebosi, Revitalisasi Pantai Losari, Masjid Terapung, dan
Pembangunan Monumen Bawah Langit di jalan Metro Tanjung Bunga. Semua
proyek tersebut cukup sukses mendongkrak kunjungan wisatawan, dan menambah
pundi-pundi Pendapatan Asli Daerah (PAD), meski dalam pengerjaannya diwarnai
banyak kontroversi. Seiring perkembangan, Makassar pun kini menjadi kota tujuan
MICE yakni Meeting, Incentives,
Convention and Exhibition sebagai roda penggerak pariwisata di Kota Para
Daeng ini.
|
dokumen pribadi |
Makassar sekarang memang jauh lebih indah. Mungkin
Anda pun akan sependapat dengan saya jika Anda meluangkan sedikit waktu menikmati
kota ini bukan dari layar televisi saja. Salah satu momen terlaris bagi para
pelancong yang berkunjung ke Makassar adalah saat di mana matahari mulai
terbenam atau lebih akrab kita sebut sunset.
Keindahan senja penuh warna di Losari selalu bisa memanjakan mata siapa pun.
Bukan sekedar sajian senja, Anda yang datang bersama keluarga juga bisa
bersantai sambil menikmati beragam penganan khas Kota Makassar, terutama pisang
epe’. Pisang epe’ berbahan dasar pisang kepok matang yang dibakar dan
dipipihkan, lalu disirami gula merah yang telah dimasak. Pisang epe’ kekinian
pun telah berinovasi dengan varian rasa yang tentunya masih akrab di lidah
masyarakat Indonesia maupun warga mancanegara, seperti pisang epe’ rasa keju,
durian, dan coklat. Harganya pun tidak akan merobek kocek Anda, mulai dari Rp.
10.000,- hingga Rp. 15.000,- per porsi. “Pisang epe’nya sangat enak, dan ini
cuma ada di Makassar. Kurang lengkap rasanya kalau ke Makassar tidak makan
pisang epe’,” begitulah pengakuan Ardi, salah seorang pengunjung di Losari sore
itu (07/02).
|
dokumen pribadi |
Angin sepoi-sepoi di Pantai Losari terus saja
berhembus. Pelataran Losari yang kini telah disulap bak ruang tamu keluarga
setiap sore sesak oleh ratusan manusia. Anak kecil berlarian kesana sini sambil
menerbangkan pesawat mainan yang dibelinya dari salah satu pedagang asongan di
anjungan Losari. Ya, hingga saat ini masih bisa kita lihat puluhan hingga
ratusan pedagang kaki lima yang menaruh peruntungan mereka di seputaran Losari.
Padahal Pemerintah Kota Makassar yang terus berganti nahkoda kerap kali
“membersihkan” PKL dari pelataran anjungan Pantai Losari. Bahkan tidak jarang
terjadi adu fisik antara pedagang dan Satpol PP. Seperti yang terjadi pada
tahun 2015 lalu, lebih dari satu kali peristiwa bentrokan yang menyebabkan
korban luka saat aparat Satpol PP melakukan penertiban PKL di Pantai Losari.
Sebagai bentuk protes kepada pemerintah, ratusan pedagang juga sempat menduduki
gedung DPRD Kota Makassar di Jl. AP. Pettarani tepatnya pada September 2015
silam.
|
dokumen pribadi |
Sepaham dengan para pendahulunya, Walikota Makassar,
Muhammad Ramdhan Pomanto tahun 2016 ini siap memoles Pantai Losari dengan kedok
penataan pedagang kaki lima. “Nantinya
para pedagang akan dikumpulkan dalam satu bangunan yang Pemerintah siapkan di
sekitar pelataran selatan Masjid Terapung. Semua pedagang yang Pemerintah
akomodir boleh menjajakan dagangannya selama 24 jam,” jelas Danny, sapaan akrab
Walikota, Muhammad Ramdhan Pomanto. “Kita tidak lagi meizinkan pedagang kaki
lima berkeliaran di Losari selain titik yang sudah ditentukan,” tegas Danny di
ruang kerjanya, Selasa (29/12/2015). Eksistensi pedagang kaki lima sudah seperti pemanis
bagi perwajahan Losari. Semoga ada solusi terbaik yang tidak merugikan salah
satu pihak.
Membahas keindahan Pantai Losari, memang tidak ada
ujungnya. Selain pelataran Pantai Losari, kini telah dibangun pelataran
Bugis-Makassar, dan Toraja-Mandar yang kerap menjadi spot untuk berfoto atau
sekedar duduk-duduk menanti pergantian hari. Monumen Bawah Langit yang berada
di sebelah kanan Masjid Terapung, juga bisa membantu Anda melintasi sejarah
terkait tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan seperti Sultan Hanuddin dan Pangeran
Diponegoro.
|
dokumen pribadi |
Anda tahu becak? Ya, kendaraan roda tiga yang
dikayuh secara manual juga diabadikan dalam bentuk tugu di salah satu sudut
Losari sebagai alat transportasi tradisional Makassar. Selain itu, juga
terdapat tugu tarian tradisional Kota Daeng, Peppe Pepeka Ri Makka dan tari Paraga, serta tugu
kembar Adipura sebagai wujud penghargaan Pemerintah Indonesia kepada Kota
Makassar atas keberhasilannya dalam hal kebersihan dan pengelolaan lingkungan. Penasaaran
ada keindahan apa lagi di Kota Anging Mammiri? Ayo ke Makassar!
#NulisBlogSobat2016 #Reportase